Rabu, 12 Oktober 2011

Perencanaan Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian pada saat ini merupakan program yang selalu digalakkan oleh pemerintah Indonesia mengingat laju pertambahan penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan hal itu tidak bisa dibatasi. Program KB yang dulu pernah dicanangkan pemerintah dengan 2 anak tidak berjalan sesuai denagn yang diharapkan sehingga memaksa laju pertumbuhan tidak dapat dibendung. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia menjadikan konsumsi akan bahan pangan juga meningkat, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan produktivitas bahan pangan untuk mencukupi konsumsi dalam negeri, karena dengan meningkatnya jumlah penduduk secara otomatis memaksa permintaan akan tempat tinggal juga meningkat  sehingga konversi lahan-lahan pertanian menjadi perumahan-perumahan tidak bisa dibendung. Lahan-lahan pertanian beralih fungsi menjadi perumahan, industri dan lain sebagainya sehingga perlu peran pemerintah untuk dapat menahan laju konversi lahan ini.
Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia agar tidak lagi mengimpor bahan pangan yaitu dengan cara melakukan revitalisasi pertanian. Munif[1]) menyatakan, revitalisasi pertanian dan pedesaan, secara garis besar ditujukan untuk meningkatkan peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional, menciptakan lapangan kerja berkualitas di perdesaan, khususnya lapangan kerja non-pertanian, yang ditandai dengan berkurangnya angka pengangguran terbuka dan setengah terbuka, dan meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan masyarakat pedesaan, yang dicerminkan dari peningkatan pendapatan dan produktivitas pekerja di sektor pertanian.
Revitalisasi pertanian diharapkan menjadikan kembali sektor pertanian sebagai sektor yang vital (way of life), dari perencanaan dan koridornya sesuai penetapan agar pertanian menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Strategi perencanaan pembangunan di Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal negara Indonesia ini, yaitu 1) karena wilayah Indonesia yang mendukung, 2) banyak pekerja di bidang pertanian, 3) berkontribusi bagi perekonomian nasional, 4) penyedia bahan pangan. Perencanaan pembangunan pertanian pada masa mendatang dengan cara peningkatan kualitas SDM para pelaku di bidang pertanian, peningkatan pengunaan teknologi, meningkatkan ketahanan pangan, konservasi dan rehabilitasi, membangundaerah-daerah sentra pertanian. Kendala yang dihadpi pemerintah dalam melakukan pembangunan pertanian yaitu kesejahteraan petani yang belum tercapai.
Arah pembangunan pertanian masa depan Indonesia yaitu penerapan sistem pertanian berkelanjutan (suistainable agriculture) untuk dapat terus mempertahankan produktivitas serta ramah terhadap lingkungan, karena pada saat revolusi hijau I pembangunan pertanian hanya untuk meningkatkan produktivitas tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, saat ini revolusi hijau II menekankan pada produktivitas namun tetap ramah terhadap lingkungan sehingga diharapakan penerapan revolusi hijau II yang menggunakan bahan organik mampu untuk mencapai swasembada pangan. Fokus pemerintah saat ini berswasembada pangan akan tetapi petani hanya fokus pada tanaman padi sehingga tugas dari pemerintah yaitu memberikan pengertian tentang rencana pembangunan pertanian ini.  Suryana[2]) menyatakan, tidak ada satu negara pun yang dapat mencapai tahapan tinggal landas (take-off) menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri dan jasa berbasis ilmu dan teknologi modern tanpa didahului dengan pencapaian tahapan pembangunan sektor pertanian yang handal. Sektor pertanian yang handal merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Para perancang pembangunan Indonesia pada awal Orde Baru (Orba) menyadari benar akan hal itu, sehingga pembangunan jangka panjang dirancang secara bertahap. Pada tahap pertama pembangunan dititik beratkan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil sarana produksi pertanian. Pada tahapan kedua pembangunan dititik beratkan pada industri pengolahan penunjang sektor pertanian (agro industri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Dengan rancangan yang demikian proses transformasi struktur perekonomian Indonesia akan berjalan dengan serasi dan seimbang sehingga tumbuh cepat, merata dan tangguh menghadapi gejolak internal maupun eksternal.
Modernisasi pertanian merupakan salah satu upaya pemerintah untuk terus meningkatkan produktivitas pangan dalam negeri mengingat masih banyak petani Indonesia yang bersifat subsiten yaitu mengolah lahan pertaniannya dan hasilnya di konsumsi sendiri sehingga pola pikir para petani perlu di ubah untuk dapat mengikuti modernisasi pertanian yaitu pertanian bersifat komersial sehingga perlu ada manajemen untuk mengaturnya dan diharapkan manajemen yang kuat akan menghasilkan hasil pertanian yang lebih banyak menguntungkan karena menurut, Saragih[3])  Indonesia memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dalam agribisnis. Indonesia memiliki kergaman hayati (biodivercity) daratan dan perairan yang terbesar di dunia, lahan yang relatif luas dan subur, dan agroklimat yang bersahabat untuk agribisnis. Dari sumber daya yang ada hampir tak terbatas produk-produk yang dihasilkan oleh Indonesia. Selain itu, Indonesia saat ini memiliki SDM agribisnis, modal sosial (kelembagaan petani, local wisdom, indigenous technologies) yang kuat dan infrastruktur agribisnis yang relatif lengkap untuk membangun agribisnis.
Modernisasi ini diharapkan lebih progres dan bisa menyerap lebih banyak informasi sehingga para pelaku pertanian tidak ketinggalan dengan informasi terbaru tentang pertanian yang pada akhirnya para pelaku pertanian akan lebih maju dari segi pemikiran. Mengingat trilogi pembangunan pertanian pada saat orde baru yaitu stabilisasi, pemerataan, serta hasil pembangunan yang merata. Modernisasi ini juga memerlukan inovasi teknologi untuk mendukung tercapainya modernisasi tersebut. Peranan semua elemen yang menjadi pendukung mulai dari pemerintah pusat, daerah, masyarakat serta petani sendiri diharapkan mempercepat tercapainya pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju lagi. 


[1]) Munif, A. 2009. Strategi Dan Pencapaian Swasembada Pangan Di Indonesia. http://www.deptan.go.id/news/detailarsip_2.php?id=498  [6 November 2010].
[2])   Suryana, A. 2005. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Andalan Pembangunan Nasional.    http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2005_IV_05.pdf. [6 November 2010]
[3])  Saragih, B. 2001. Pembangunan Sistem Agribisnis Di Indonesia Dan Peranan Public Relation. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/%281%29%20soca-bungaran-pemb%20sistem%20agribisnis%20di%20indonesia%281%29.pdf. [6 November 2010].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar