Sabtu, 15 Oktober 2011

SETEK

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Permasalahan
Pembiakan tanaman banyak dilakukan untuk dapat melestarikan tanaman itu sendiri agar tidak terjadi kepunahan. Perbanyakan tanaman dengan setek merupakan metode yang digunakan secara luas. Pada dasarnya perbanyakan tanaman terbagi dalam dua tipe yaitu perbanyakan vegetatif dan perbanyakan generatif. Perbanyakan setek termasuk dalam perbanyakan tanamn secara vegetatif melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel tanaman. Penggolongan stek menurut bagian tanaman terdiri dari stek akar, stek batang dan stek daun. Penyetekan ini sendiri dilakukan dengan mengambil salah satu jaringan dalam tanaman agar dapat membentuk kembali jaringan-jaringan dan bagian lainnya.
Perbanyakan dengan setek mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus dan teknis pelaksanaan yang rumit. Dimana, perbanyakan tanaman dengan setek ini mempunyai berbagai keunggulan seperti dapat menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan tanaman induknya dan dengan dilakukan perbanyakan tanaman secara setek lebih cepat berbuah dan berbunga, dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas atau sedikit.
Selain adanya keunggulan, perbanyakan tanaman secara setek terdapat juga kelemahan baik secara fisiologis maupun morfologi dalam pertumbuhan tanaman yaitu perbanyakan tanaman secara setek ini memiliki akar serabut yang dimana akar serabut pertumbuhan tanamannya rentan yaitu sangant mudah roboh pada keadaan ikim yang kurang mendukung seperti angin kencang, tanah selalu jenuh, sehingga perakarannya dangkal, membutuhkan tanaman induk yang lebih besar dan lebih banyak sehingga membutuhkan biaya yang banyak dan dalam perbanyakan tanaman secara stek tingkat keberhasilanya sangat rendah.
Keberhasilan perbanyakan dengan cara setek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan setek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada setek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara setek, tanaman sumber seharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama dan atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan setek tinggi.

1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
1.  Untuk Mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan.
2. Untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap keberhasilan pembentukan sistem perakaran pada stek batang.

1.2.2 Manfaat
1. Dapat mengetahui dan mempelajari cara stek dan untuk mengetahui pembentukan sistem perakaran.
2. Dapat mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam rangka perbanyakan tanaman dilakukan teknik perbanyakan vegetatif.  Pembiakan vegetatif sangat diperlukan karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan duplikat induknya sehingga mempunyai struktur genetik yang sama. Keuntungan lain dari pembiakan secara vegetatif adalah untuk pembangunan benih klon, bank klon dan perbanyakan tanaman yang penting dari hasil kegiatan pemuliaan seperti hibrid yang steril atau tidak dapat bereproduksi secara seksual serta perbanyakan masal tanaman terseleksi. Penggunaan teknik pembiakan vegetatif pada tanaman diperlukan untuk konservasi genetik dan meningkatkan tingkat ketelitian pada uji genetik dan non genetik atau mengurangi eror variasi (Adinugraha, 2007).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dilakukan dengan menggunakan bagian dari tanaman untuk memperoleh tanaman yang baru. Termasuk perbanyakan vegetatif itu ialah perbanyakan dengan stek batang, stek daun serta stek pucuk. Perbanyakan dengan stek yang paling cepat ialah pada musim penghujan karena stek cepat membentuk akar dan tunas (Sudarmono, 2003).
Perbanyakan secara vegetatif relatif lebih mudah untuk dilakukan bila dibandingkan secara generatif. Kelebihan perbanyakan secara vegetatif antara lain tanaman baru yang dihasilkan sama dengan tanaman induk, memiliki umur yang seragam, tahan terhadap penyakit dan dalam waktu yang relatif singkat dapat dihasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak. Perbanyakan secara vegetatif dapat  dilakukan  dengan setek, yaitu pemotongan/pemisahan bagian tumbuhan agar  bagian tanaman  tersebut  membentuk  akar  dan  menjadi individu. Untuk mendapatkan hasil perbanyakan yang baik selain perlu memperhatikan media tumbuh, diperlukan zat pengatur tumbuh (zpt) untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu zpt yang digunakan adalah Rootone F. Rootone F berbentuk serbuk, berwarna putih, mengandung naftalenasetamida 0,067%, 2 metil 1 naftalenasetamida 0,013%, 2 metil 1 naftalen asetat 0,03%, indole 3 butirat (IBA) 0,057% dan tiram 4%. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan Rootone F mampu menginisiasi akar pada tanaman berkayu pada konsentrasi 100-200 ppm dengan perendaman minimal 1 jam dan maksimal 20 jam pada tanaman yang sulit terinisiasi. Selain media tumbuh dan ZPT, faktor lingkungan juga perlu diperhatikan, misalnya suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya. Faktor lingkungan ini mempengaruhi laju pertumbuhan dan laju perkembangan (Sudianta, 2009).
Menurut Rahmat (1997), di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura).
Jenis tanaman diantara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani baru sekitar 9 jenis melati yang umum dibudidayakan dan terdapat 8 jenis melati yang potensial untuk dijadikan tanaman hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan karena belum terungkap potensi ekonomis dan sosialnya. Tanaman melati termasuk suku melati-melatian atau famili Oleaceae.
Kedudukan tanaman melati dalam sistematika/taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Species : Jasminum sambac (L) W. Ait..
Jenis, Varietas dan Ciri-ciri penting (karakteristik) tanaman melati adalah sebagai berikut:
a)    Jasmine sambac Air (melati putih, puspa bangsa)
b)   Jasmine multiflora Andr (melati hutan:melati gambir, poncosudo, Star Jasmine, J,. pubescens willd).
c)    Jasmine officinale (melati casablanca, Spanish Jasmine) sinonim dengan J. floribundum=Jasmine grandiflorum) perdu setinggi 1, 5 meter.
d)   Jasmine rex (melati Raja, King Jasmine).
e)    Jasmine parkeri Dunn (melati pot).
f)    Jasmine mensyi (Jasmine primulinum, melati pimrose).
g)   Jasmine revolutum Sims (melati Italia)
h)   Jasmine simplicifolium ( melati Australia, J. volibile, m. bintang)
i)     Melati hibrida. Bunga pink dan harum.
Menurut Aldi (2010), media persemaian untuk stek yang biasa digunakan adalah pasir atau campuran pasir dengan humus. salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan stek adalah mencegah terjadinya penguapan yang terlalu tinggi pada stek tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah daun dan mempertinggi kelembaban udara di sekitar media. Berikut ini adalah langkah menyetek cabang tanaman:
1.    Siapkan wadah persemaian yang telah berisi media berupa campuran pasir dan humus dengan perbandingan 3 : 1.
2.    Tentukan satu atau beberapa bagian tanaman yang akan distek.
3.    Pilihlah satu bagian cabang taniman yang sehat dari tanaman yang
akan distek.
4.    Buatlah beberapa potongan cabang yang telah dipilih tadi, masingmasing panjangnya sekitar 10-20 cm tergantung panjang ruas pada cabang tersebut. Bagian bawah dari potongan dibuat runcing untuk memperluas tempat tumbuhnya akar. Setiap potongan cabang dapat disertai dengan daun atau tidak. Potongan cabang yang disertii daun, jumlah daunnya diusahakan tidak terlampau banyak.
5.    Tanamkan potongan-potongan cabang tadi pada baki persemaian yang telah disediakan, kemudian tutuplah baki tersebut dengan kaca atau plastik bening untuk menjaga kelembaban di sekitar persemaian. (untuk stek daun dan pucuk, pengerjaannya hampir mirip dengan Iangkah di atas)

Menurut Djamhuri (2003), pemeliharaan bibit stek: (1)melakukan penyiraman secara kontinu 1–2 kali sehari. (2)Usahakan bibit stek mendapat sinar matahari pagi.- Pindahkan tanaman bibit stek yang sudah berakar cukup kuat (umur 1–23 bulan) ke dalam polybag berisi medium tumbuh campuran tanah, pasir dan pupuk organik (1:1:1). (3)Pelihara bibit melati secara intensif (penyiraman, pemupukan dan penyemprotan pestisida dosis rendah) hingga bibit berumur 3 bulan.
1.    Pemeliharaan bibit stek Ambil (angkat) biji-biji mawar dari buah yang telah membusuk dalam media semai.
2.    Pilih biji-biji mawar yang baik, yaitu bernas yang tenggelam bila dimasukkan ke dalam air
3.    Cuci biji mawar dengan air bersih.
4.    Tiriskan biji-biji mawar terpilih ditempat teduh untuk segera disemaikan pada bak persemaian.
5.    Semaikan biji mawar secara merata menurut barisan pada jarak antar-baris 5- 10 cm. Biji akan berkecambah pada umur empat minggu setelah semai.
6.    Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaiana) Siram media persemaian mawar secara kontinu 1-2 kali sehari. Sapih (perjarang) bibit mawar yang sudah cukup besar ke dalam polybag kecil yang sudah diisi media campuran tanah, pasir dan pupuk organik (1:1:1).
7.    Pemindahan Bibit
Pindahkan tanam bibit mawar yang sudah berumur 22 bulan ke kebun/tempat penanaman yang tetap (permanen)


BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Pembiakan Tanaman 1 dengan judul acara “Pembiakan Vegetatif Dengan Cara Setek (Cuttage)” akan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 Maret 2011, Pukul 14.00 wib, di Laboratorium Poduksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Pisau tajam
2. Cutter
3. Timba
4. Tali raffia
5. Polibag
6. Botol Semprot (Hand Sprayer)

3.2.1 Bahan
1. Tanaman buah naga, melati
2. Pupuk kompos
3. Media Pasir
4. Aram Sekam

3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan.
2. Membuat perlakuan media tanam menjadi beberapa komposisi sebagai berikut:
a. Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 3 : 1 : 1
b. Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 3 : 1
c. Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 1 : 3
3. Memasukkan media tanam ke dalam polibag dengan volume 2/3 bagian dari dasar polybag.
4. Memilih bahan stek dengan memotong bagian batang melati yang agak muda miring 45º ukuran ± 10 cm.
5. Menanam bahan stek tersebut ke dalam polibag yang telah diisi dengan komposisi media tanam hingga 1/3 bagian.
6. Menjaga kelembapan tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan
Ulangan
Parameter
Akar
Daun
450
1 : 1 : 3
1


2


3


Rata-rata


1 : 3 : 1
1


2


3


Rata-rata


3 : 1 : 1
1


2


3


Rata-rata


600
1 : 1 : 3
1


2


3


Rata-rata


1 : 3 : 1
1


2


3


Rata-rata


3 : 1 : 1
1


2


3


Rata-rata






Perlakuan
1 : 1 : 3
1 : 3 : 1
3 : 1 : 1
Akar
Daun
Akar
Daun
Akar
Daun
450






600









4.2 Pembahasan
Kegagalan dalam melakukan stek kemungkinan disebabkan karena batang stek yang masih muda, temperatur yang terlalu tinggi, kurangnya ketersediaan air bagi batang yang telah distek, gunting stek tidak tajam sehingga batang yang akan distek memar. Pada dasarnya cara perbanyakam stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan. Selain itu penyebab kegagalan stek yaitu tanaman yang di stek tidak sehat terdapat bercak merah pada tanaman utama saat kulitnya di buka setelah di sayat/ dipotong, tanaman yang di stek bagian yang telah dibelah / disayat terkena / kemasukan sesuatu, terlalu lama dalam memasang tetapi tidak di ulang, entres yang di pakai terlalu tua.
Tanaman hasil stek lebih cepat tumbuh daun daripada akar karena adanya sifat plagiotrop. Plagiotrop ialah rantin-granting yang tumbuh dari batang orthotrop, yang jumlahnya banyak sekali. Ranting-ranting ini pendek, agak kecil dan tak melekat pada tajar sebab masing-masing, bukunya tak berakar lekat. Pada setiap buku tumbuh sehelai daun yang berhadap-hadapan, dan disinilah akan tumbuh malai bunga. Cabang plagiotrop ini tumbuhnya selalu ke samping (lateral), dan pada cabang plagiotrop ini masih bisa tumbuh ranting-ranting lagi. Inilah bagian-bagian yang selalu mengeluarkan malai bunga atau buah,maka ia juga disebut cabang-cabang buah (tanaman yang masih bertahan). Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan muda dengan warna batang setengah hijau atau setengah tua dengan warna kulit batang biasanya coklat muda. Pada saat ini kandungan karbohidrat dan auxin (hormon) pada batang cukup memadai untuk menunjang terjadinya perakaran setek (Aksan, 2010).
hal-hal yang menyebabkan kegagalan pada penyetekan antara lain:
  1. Pisau okulaso tidak tajam / ketajaman pisau hanya sebelah saja sehingga tidak simetris
  2. Pisau okulasi kotor ,biasanya karena getah dari pohon / Entres mungkin juga karena kotor kena tanah
  3. Anda menyentuh baik sengaja / tidak bagian yang si sayat <Entres / Tanaman yang akan di stek>
  4. Dalam menyayat anda berhenti di tengah2 sayatan lalu meneruskan sayatan seharusnya anda menggulang sayatan.
  5. Entres Jatuh setelah di asyat / kena air atau kena yang lainnya.
  6. Entres yang snda pakai tidak sehat, contohnya ada bercak coklat di jaringan kayu / kambium.
  7. Entres yang anda Pakai terlalu tua untuk STEK, entres yang tua hanya bisa di gunakan untuk okulasi
  8. Entres yang akan di pakai pecah baik dalam menyayat / memesangnya.
  9. Tanaman tyang akan kita STEK tidak sehat contoh dalam SIDEBADING<sambung samping> dan okulasi terdapat bercak merah pada tanaman utama saat kulitnya di buka setelah di sayat/ dipotong.
  10. Tanaman tang akan keta Stek/ okulasi bagian yang telah dibelah / disayat terkena / kemasukan sesuatu
  11. Dalam mengikat kurang kencang
  12. Rongga pada Plastik di bagian atas
  13. Terlalu lama dalam memasang tetapi tidak di ulang
  14. Tersenggol ,apalagi jika sampai bergeser
  15. Terserang Jamur, hama, penggangu baik manusia /binatang.
  16. CUACA yang tidak mendukung mungkin terlalu panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembiakan vegetatif stek digolongkan menjadi:
1. Faktor tanaman, terdiri dari
a. Macam bahan stek
b. Umur bahan stek
c. Adanya tunas dan daun pada stek
d. Kandungan bahan makanan pada stek
e. Kandungan zat tumbuh
f. Pembentukan kallus
2. Faktor lingkungan, terdiri dari
a. Media pertumbuhan
b. Kelembaban
c. Temperatur
d. Cahaya
3. Faktor pelaksanaan, terdiri dari
a. Perlakuan sebelum pengambilan bahan stek
b. Waktu pengambilan stek
c. Pemotongan stek dan pelukaan
d. Penggunaan zat tumbuh
e. Kebersihan dan pemeliharaan
Teknik perbanyakan vegetatif terutama dengan setek merupakan salah satu cara yang efisien dan efektif untuk memenuhi kebutuhan bibit melati dalam skala besar dalam waktu yang cepat dan mudah dibanding cara cangkok. Pembuatan setek adalah mengusahakan perakaran dari bagian cabang tanaman melati yang mengandung mata dengan memotong dari batang induknya untuk disemai.
Beberapa faktor seperti media tanam setek, bahan setek, media dan lingkungan tempat tumbuh dapat mempengaruhi keberhasilan penyetekan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan penyetekan pada berbagai jenis melati adalah media tanam setek. Media yang baik mempunyai porositas cukup, aerasi baik, drainase baik, kapasitas mengikat air tinggi dan bebas patogen. Keragaan hasil penelitian pada beberapa media tanam setek pada melati dilaporkan bahwa media arang sekam, zeolit (ukuran sebesar butiran pasir) dan pasir merupakan media altematif yang baik.
Bahan Tanaman
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penyetekan melati adalah kondisi bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan setek. Hampir semua organ tanaman dapat digunakan sebagai bahan setek, namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah : bahan setek adalah batang/cabang yang muda dan subur, dalam kondisi pertumbuhan aktif (Leopold dan Kriedeman, 1975), bagian tanaman dengan keseimbangan karbohidrat tinggi dan nitrogen rendah, mempunyai persedian bahan makanan yang cukup (Hartman dan Kester, 1983), diambil dari tanaman induk yang sehat, sudah dewasa dan pernah berbunga. Penggunaan tanaman induk yang masih kecil dan belum pemah berbunga atau pada masa pertumbuhan vegetatif akan memperlambat waktu berbunga tanaman baru yang dihasilkan. Sedangkan bibit yang berasal dari tanaman induk dewasa dan pernah berbunga akan lebih cepat berbunga.
Hampir semua bagian tanaman dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan. Mudah tidaknya membentuk akar dan tunas tergantung pada aktivitas auksin yang berasal dari tunas dan daun. Dengan zat pengatur tumbuh akar akan menginduksi dan menyebabkan produksi akar bertambah.
Soedjono (1995) melaporkan bahwa konsentrasi 200 ppm IBA mampu meningkatkan tumbuhnya setek dan memacu pertumbuhan tunas dan akarnya. Sedangkan Wuryaningsih (1997) melaporkan tentang beberapa bahan setek melati yang dicoba menunjukan bahwa setek berbatang hijau dua buku dengan dua daun utuh memberikan nilai terbaik, selanjutnya diikuti oleh setek berbatang hijau satu buku dengan dua daun utuh dan setek batang berbatang coklat dengan 3 buku. Menurut Nagaraja et al. (1991) penggunaan IBA 4000 ppm paling efektif untuk penyetekan J. grandiflorum dengan bahan tanaman hardwood (berkayu keras), semi hardwood (berkayu semi keras) dan softwood (berkayu lunak).
Kemampuan terbentuknya akar pada setek melati sangat tergantung pada spesiesnya. Di India setek J. auriculatum Vahl merupakan klon yang sulit berakar sedangkan varietas Gundumali dari J. sambac, Ait. termasuk klon yang mudah berakar (Veeragavathathan et al. 1985). Sedangkan Soedjono (1995) menemukakan bahwa setek J. sambac tumbuh lebih cepat dibandingkan setek J. multiflorum.
Pertumbuhan akar dari beberapa varietas melati menunjukan bahwa J. sambac Maid of Orleans menampilkan jumlah akar terbanyak, sebaliknya J. sambac Grand Duke of Tuscany paling sedikit. J. sambac menur berakar terpanjang sedangkan J. multiflorum berakar terpendek (Badriah dan Soedjono, 1993). Sedangkan Wuryaningsih (1997) mengemukakan bahwa J. sambac Maid of Orleans mempunyai persentase setek berakar tertinggi yaitu 93 % selanjutnya diikuti oleh J. multiflorum, J. sambac Grand Duke of Tuscany dan J. officinale.
Lingkungan Tumbuh
Faktor lingkungan yang perlu mendapat perhatian untuk keberhasilan penyetekan tanaman melati adalah suhu, intensitas penyinaran matahari dan kelembaban udara relatif.
Suhu yang mendukung aktivitas sel yang tinggi diperlukan karena suhu udara yang optimal perlu dipertahankan untuk mendapatkan keberhasilan penyetekan (Leopold dan Kriedemann, 1975). Suhu udara yang berpengaruh dalam penyetekan berkisar 18-32°C, sel-sel mata tunas akan mengering, karena transpirasi terlalu kuat (Samson, 1988). Temperatur optimum untuk penyetekan berkisar 25-30°C.
Intensitas cahaya matahari yang tinggi dapat mengurangi tingkat keberhasilan penyetekan. Untuk mendapatkan keberhasilan penyetekan yang tinggi, cahaya matahari langsung sebaiknya dihindarkan, sebab dapat mengakibatkan transpirasi terlalu tinggi, setek menjadi kekurangan air dan mata tunas menjadi lemah atau mati. Oleh karena itu manipulasi tempat pembibitan dengan naungan paranet dapat mengatasi masalah intensitas cahaya matahari.
Kelembaban yang tinggi (80%-90%) diperlukan pada penyetekan untuk pertumbuhan mata tunas dan pembentukan akar. Kelembaban udara tempat pembibitan setek dipertahankan berkisar antara 80-90%.
Berdasarkan berbagai hal tentang lingkungan tumbuh ini, maka selama penanaman atau proses pembentukan akar, setek sebaiknya disimpan pada tempat yang ternaungi dari sinar matahari langsung. Kelembaban udara perlu dipertahankan tetap tinggi, dengan penyiraman atau penutupan dengan plastik. Dalam hal ini, teknik penyiraman dengan pengkabutan dapat meningkatkan persentase keberhasilan penyetekan.
 
DAFTAR PUSTAKA


Adinugraha, dkk. 2007. Pertumbuhan Stek Pucuk Dari Tunas Hasil Pemangkasan Semai Jenis Eucalyptus Pellita F. Muell Di Persemaian. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 1(1).


Djamhuri. 2003. Manfaat Dan Budidaya Tanaman Melati. Jurnal Natur Indonesia. 3(2).

 

Rahmat, R.H. 1997. Usaha Tani Melati. Kanisus: Yogyakarta.

 

Sudarmono, 2003. Tanaman Hias Ruangan. Kanisius: Yogyakarta.


Sudianta, N. dan M.S. Dyan. 2009. Aplikasi Penggunaan ZPT Pada Perbanyakan Rhododendron Javanicum Benn. (Batukau, Bali) Secara Vegetatif (Setek Pucuk ). Jurnal Biologi. 13(1).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar