I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Indonesia adalah negara agraris dengan potensi sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia (Romadoni, 2005). Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Selama ini, kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut telah berkembang di Indonesia (Firdaus, 2009). Pemerintah Indonesia melakukan berbagai reformasi sebagai langkah mengatasi krisis yang melanda bumi pertiwi. Keinginan membangun kembali sektor agribisnis semakin menguat, karena pada puncak krisis ekonomi dan moneter sektor agribisnis mengalami pertumbuhan positif. Salah satu reformasi yang perlu dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah reformasi dalam kebijakan teknologi. Pilihan kebijakan teknologi yang utama di era reformasi ini adalah pengembangan teknologi di bidang agribisnis. Keunggulan komparatif Indonesia seperti sumber daya alam melimpah, jumlah tenaga kerja yang besar, dan pasar yang besar dijadikan basis untuk mengembangkan teknologi yang “mumpuni” dengan kondisi sosial budaya Indonesia (Gumbira, 2001).
Menurut Soetriono (2002), pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan ilmu pertanian, yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang pengelolaan tanaman, ternak, ikan, dan lingkungan agar memberikan hasil yang semaksimal mungkin. Sasaran dalam pertanian adalah sasaran pra panen dan sasaran pasca panen. Sasaran pra panen adalah hasil pertanian yang setinggi-tingginya. Sasaran ini merupakan sasaran tahap pertama atau sasaran fisis. Sasaran tahap kedua yaitu sasaran ekonomi atau akhir adalah pendapatan atau keuntungan sebanyak-banyaknya dari setiap satuan luas lahan yang diusahakan.
Menurut Solahuddin dan Fatika (2005), pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang pelaksanaannya juga memerlukan reorientasi dan reformasi. Konteks pembangunan nasional pada masa lalu, sektor pertanian dipandang sebagai pendukung bukan sebagai mesin penggerak perekonomian. Sektor pertanian sebagai sektor pendukung, diposisikan sebagai : (1) pemasok bahan kebutuhan dan bahan baku industri berharga murah; (2) pengendali stabilisasi harga; (3) pemasok tenaga kerja murah.
Usaha pertanian dipandang sebagai usaha yang berorientasi pada peningkatan produksi yang tidak responsif terhadap perubahan kondisi pasar dan keragaannya dipengaruhi oleh teknologi dan alam. Kondisi perekonomian makro maupun sektor riil lain sering dipandang tidak terkait erat dengan keragaan sektor pertanian, sehingga kebijakan makro pada umumnya tidak berpihak pada sektor pertanian. Hal ini menyebabkan adanya kecenderungan melemahnya kemampuan pertanian dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional (Solahuddin dan Fatika, 2005). Oleh karena itu, peran pembangunan pertanian menjadi aspek penting.
Pembangunan pertanian meliputi banyak sektor untuk dikembangkan, salah satunya melalui agribisnis. Menurut Firdaus (2009), agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Agribisnis meliputi subsektor pendukung, salah satunya subsektor perkebunan dengan komoditas utama tanaman hortikultura.
Hortikultura berasal dari kata “hortus” yang berarti garden atau kebun dan “colere” yang berarti to cultivate atau budidaya. Istilah hortikultura secara harfiah diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Peranan hortikultura adalah: (1)memperbaiki gizi masyarakat; (2)memperbesar devisa negara; (3)memperluas kesempatan kerja; (4)meningkatkan pendapatan petani; dan (5)pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan (Sunu dan Wartoyo, 2006). Hortikultura buah merupakan salah satu aspek yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan. Tanaman jeruk merupakan salah satu contoh produk dari subsektor hortikultura.
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan. Sejak ratusan tahun yang lalu tanaman jeruk ini sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk ini memiliki banyak manfaat, yaitu bahan makanan karena jeruk mengandung banyak vitamin C, sebagai obat, sebagai bahan dalam industri dan lain sebagainya.
Banyak sentra-sentra penanaman jeruk di Indonesia. Budidaya jeruk lokal di Jawa Timur menjadi salah satu contoh sentra jeruk. Contohnya saja di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember juga merupakan wilayah yang mampu menghasilkan jeruk sebagai produk utamanya. Budidaya dilakukan oleh masyarakat yang ada di Desa Paseban. Jeruk yang dihasilkan juga cukup memiliki kualitas tetapi jeruk Paseban ini masih kurang memiliki keunggulan kompetitif. Jeruk Paseban kurang dikenal oleh masyarakat. Masyarakat lebih mengenal jeruk yang ada di daerah lain di Jember ini seperti Jeruk Semboro. Selain itu, terjadi berbagai permasalahan dalam usahataninya. Para SDM (petani) hanya terfokus pada peningkatan produktivitas saja tanpa mempelajari mengenai sistem pemasarannya. Masalah-masalah yang muncul misalnya mengenai pemasaran jeruk yang sering dipermainkan oleh para tengkulak. Sistem pemasaran yang tidak sehat ini tentu sangat merugikan para petani. Terjadinya bencana alam seperti banjir di tahun 2009 yang sempat melanda desa ini juga menjadi masalah bagi usahatani jeruk, karena menyebabkan tanaman jeruk rusak. Tentu saja hal tersebut akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas jeruk yang dihasilkan.
Berdasarkan permasalahan yang muncul di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember yang berkaitan dengan usahatani jeruk, maka akan imerencanakan sebuah program. Program yang direncanakan ini berkaitan tentang masalah budidaya jeruk yang ada di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Melalui program ini diharapkan mampu memperbaiki kualitas jeruk di Paseban. Program ini dilakukan dengan memberikan informasi dan mengadakan praktek budidaya jeruk di Paseban. Karena dengan kualitas dan kuantitas jeruk yang baik akan mempengaruhi usahatani jeruk di Paseban.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Permasalahan Umum
Produktivitas tanaman jeruk yang dibudidayakan di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember masih belum optimal dan kualitasnya masih kalah bersaing dengan jeruk di wilayah lain.
1.2.1 Permasalahan Khusus
1. Kendala-kendala dalam usahatani jeruk di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember seperti banyak tanaman yang rusak karena banjir di tahun 2009 dan disebabkan oleh hama.
2. Faktor-faktor yang mendukung usahatani jeruk di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember seperti tersedianya sarana irigasi, tingkat kesuburan tanah yang tinggi, adanya penyemprotan bebas hama, tersedianya DAM atau bendungan, dan mayoritas mata pencaharian penduduk sebagai petani dinilai belum mampu mengoptimalkan produktivitas jeruk.
3. Upaya dalam mengatasi kendala-kendala dalam usahatani jeruk di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember sudah dilakukan seperti melakukan penyemprotan hama, tetapi belum menunjukkan produktivitas yang optimal.
1.3 Perumusan Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman jeruk yang dibudidayakan di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember yang belum optimal dan daya saing jeruk Paseban dengan jeruk di wilayah lain.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam usahatani jeruk di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember seperti banyak tanaman yang rusak karena banjir di tahun 2009 dan disebabkan oleh hama.
2. Untuk meningkatkan faktor-faktor yang mendukung usahatani jeruk di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember seperti tersedianya sarana irigasi, tingkat kesuburan tanah yang tinggi, adanya penyemprotan bebas hama, tersedianya DAM atau bendungan, dan mayoritas mata pencaharian penduduk sebagai petani yang dinilai belum mampu mengoptimalkan produktivitas jeruk.
3. Untuk meningkatkan upaya dalam mengatasi kendala-kendala dalam usahatani jeruk di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember sudah dilakukan seperti melakukan penyemprotan hama, tetapi belum menunjukkan produktivitas yang optimal.
II. POTENSI WILAYAH DAN SUMBER DAYA
2.1 Potensi Utama
Suatu wilayah memiliki ciri atau karakteristik yang berbeda-beda, sehingga hal ini yang menjadikan suatu wilayah memiliki perbedaan dengan wilayah lain. Potensi merupakan kemampuan yang dimiliki sehingga mampu dimanfaatkan bagi sumber daya manusianya. Potensi juga bisa disebut dengan istilah keungggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Potensi utama merupakan keunggulan utama yang dimiliki oleh suatu wilayah, sehingga wilayah tersebut mampu berdaya saing dengan wilayah lain baik secara nasional maupun internasional.
Daerah Paseban merupakan salah satu daerah di Jember yang memiliki beberapa potensi untuk dikembangkan. Secara tidak langsung, Desa Paseban ini memiliki keunggulan komparatif. Desa Paseban memiliki potensi utama berupa tanaman jeruk. Sebagian besar penduduk di Desa Paseban bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar petani di sana berupaya melakukan budidaya tanaman jeruk. Sebenarnya selain tanaman jeruk, ada tanaman lain yang bisa ditanam di Desa Paseban, seperti mangga, rambutan, pepaya dan semangka. Tetapi tanaman jeruk lebih mendominasi dari keempat tanaman tersebut.
Para petani menggunakan lahan mereka untuk menanam jeruk. Tanaman jeruk ini menjadi pilihan kebanyakan petani, karena melihat manfaat tanaman jeruk itu sendiri. Tanaman jeruk memiliki banyak manfaat terutama sebagai bahan makanan. Tanaman jeruk yang dihasilkan di Desa Paseban bisa dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Selain itu, tanaman jeruk ini bisa dijadikan bahan baku dalam pembuatan industri minuman. Karena banyaknya manfaat jeruk, petani tertarik untuk membudidayakannya. Potensi atau keunggulan komparatif Desa Paseban ini apabila dikelola dengan baik bisa dijadikan keunggulan yang lebih kompetitif lagi. Desa Paseban dengan potensi utamanya jeruk bisa bersaing dengan wilayah lain penghasil jeruk. Potensi jeruk di Desa Paseban dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Tabel Potensi Tanaman Buah-Buahan di Desa Paseban
No | Jenis Buah – buahan | Luas (Ha) | Hasil Panen | |
Ton/Ha | Rupiah | |||
1 | Jeruk | 18,75 | 0 | 0 |
2 | Alpukat | 0 | 0 | 0 |
3 | Mangga | 3,25 | 0 | 0 |
4 | Rambutan | 2 | 0 | 0 |
5 | Manggis | 0 | 0 | 0 |
6 | Salak | 0 | 0 | 0 |
7 | Apel | 0 | 0 | 0 |
8 | Pepaya | 2,25 | 0 | 0 |
9 | Belimbing | 0 | 0 | 0 |
10 | Durian | 0 | 0 | 0 |
11 | Sawo | 0 | 0 | 0 |
12 | Duku | 0 | 0 | 0 |
13 | Nenas | 0 | 0 | 0 |
14 | Melon | 0 | 0 | 0 |
15 | Pisang | 0 | 0 | 0 |
16 | Markisah | 0 | 0 | 0 |
17 | Lengkeng | 0 | 0 | 0 |
18 | Semangka | 2,25 | 0 | 0 |
Total : | 28,5 | 0 | 0 |
Sumber : Profil Desa Paseban Tahun 2009
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui tanaman jeruk di tanam pada area terluas yaitu sebesar 18,75 hektar. Tanaman mangga seluas 3,25 hektar, tanaman pepaya dan semangka seluas 2,25 hektar. Apabila dilihat dari luas area yang digunakan, tanaman jeruk menjadi potensi utama di Desa Paseban. Oleh karena itu, potensi utama yang ada di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember ini harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan para petani.
2.2 Potensi Pendukung
Tanaman jeruk sebagai potensi utama Desa Paseban dipilih para petani sebagai komoditas utama mereka. Para petani menilai tanaman jeruk ini akan memberikan keuntungan bagi perekonomiannya. Kegiatan usahatani yang dilakukan petani ini tidak hanya didukung manfaat jeruk saja, tetapi juga ada faktor-faktor lain yang mampu mendukung. Faktor-faktor pendukung ini merupakan potensi pendukung yang mampu mendukung pengembangan potensi utama. Tanpa adanya potensi pendukung ini pengembangan potensi utama juga bisa terhambat.
Potensi pendukung yang terdapat di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember yang mampu mendukung pengembangan jeruk sebagai potensi utamanya adalah tersedianya sarana irigasi, tingkat kesuburan tanahnya tinggi, adanya penyemprotan bebas hama, terdapat DAM atau bendungan, serta mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Adanya saluran irigasi yang baik di Desa Paseban mampu memberikan kecukupan air dalam budidaya jeruk, sehingga tanaman jeruk bisa tumbuh di daerah tersebut. Tingkat kesuburan tanah yang tinggi menjadikan jeruk tumbuh subur di Desa Paseban. Adanya sistem penyemprotan bebas hama ini merupakan langkah untuk mengantisipasi penurunan kuantitas dan kualitas jeruk yang dihasilkan. Karena hama dan penyakit sering menyerang tanaman ini, sehingga perlu upaya untuk mengantisipasi dan mananganinya. Kebanyakan profesi penduduk di Desa Paseban sebagai petani juga mampu memotivasi masyarakat untuk mengembangkan tanaman jeruk sebagai komoditas utama mereka. Faktor-faktor pendukung ini memiliki hubungan dan saling terkait dalam mendukung potensi utama. Oleh karena itu perlu perbaikan dari setiap faktor-faktor pendukung untuk mengembangkan tanaman jeruk sehingga mampu bersaing dengan wilayah lain.
Faktor-faktor pendukung atau potensi pendukung di Desa Paseban dapat dilihat dalam beberapa tabel di bawah ini:
Tabel 2. Kesuburan Tanah
No. | Tingkat Kesuburan | Luas (Ha) |
1. | Sangat subur | 109 |
2. | Subur | 100 |
3. | Sedang | 150 |
4. | Tidak subur / kritis | 0 |
Total Luas | 359 |
Sumber: Profil Desa Paseban Tahun 2009
Tabel 3. Kegiatan Kelompok Tani
No | Kegiatan yang Dilakukan | Keterangan | |
Ada | Tidak ada | ||
1. | Penyusun Pola Tanam | √ Ada | Tidak ada |
2. | Pertemuan Rutin | √ Ada | Tidak ada |
3. | Pengadaan Semprotan Bebas hama | √ Ada | Tidak ada |
4. | Pengaturan air irigasi | √ Ada | Tidak ada |
5. | Simpan Pinjam | Ada | √ Tidak ada |
6. | Arisan | √ Ada | Tidak ada |
7. | Gropyokan Tikus | √ Ada | Tidak ada |
8. | .......... | Ada | √ Tidak ada |
Jumlah kegiatan | 8 |
Sumber: Profil Desa Paseban Tahun 2009
Tabel 4. Prasarana Irigasi
No | Jenis Prasarana | Keterangan | |||
Ada / Tidak | Baik / Rusak | ||||
1. | DAM/Bendungan | √ Ada | Tidak ada | Baik | Rusak |
2. | Saluran Primer | √ Ada | Tidak ada | Baik | Rusak |
3. | Saluran Sekunder | √ Ada | Tidak ada | Baik | Rusak |
4. | Saluran Tersier | √ Ada | Tidak ada | Baik | Rusak |
5. | Sumur Ladang | √ Ada | Tidak ada | Baik | Rusak |
Sumber: Profil Desa Paseban Tahun 2009
Tabel 5. Struktur Mata Pencaharian Penduduk
No | Keterangan | Jumlah |
1. | Petani | 4237 |
2. | Pekerja di sektor jasa/perdagangan | 203 |
3. | Pekerja di sektor industri | 96 |
Sumber: Profil Desa Paseban Tahun 2009
Berdasarkan tabel 2 mengenai kesuburan tanah, dapat dilihat bahwa tanah yang sangat subur seluas 109 ha, tanah subur seluas 100 ha, tanah dengan tingkat kesuburan sedang seluas 150 ha. Sehingga daerah yang ada di Desa Paseban ini tergolong daerah yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat subur. Berdasarkan tabel 3 mengenai kegiatan kelompok tani, di Desa Paseban ada kegiatan penyusunan pola tanam, pertemuan rutin, pengadaan semprotan bebas hama, pengaturan irigasi, arisan dan gropyokan tikus. Kegiatan-kegiatan kelompok tani ini juga mampu mendukung budidaya tanaman jeruk sebagai potensi utama mereka.
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa di Desa Paseban memiliki prasarana saluran irigasi seperti DAM atau bendungan, saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran ladang. Berdasarkan tabel 5 mengenai mata pencaharian penduduk, petani adalah mata pencaharian mayoritas penduduk Desa Paseban. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebesar 4237 jiwa, pekerja di sektor jasa / perdagangan sebesar 203 jiwa, dan pekerja di sektor industri sebesar 96 jiwa. Sehingga faktor-faktor kesuburan tanah, kegiatan kelompok tani, prasarana saluran irigasi dan mata pencaharian penduduk ini menjadi potensi pendukung terhadap pengembangan tanaman jeruk sebagai potensi utama Desa Paseban. Selain itu, terdapat potensi pendukung lain yang mendukung potensi utama di Desa Paseban seperti potensi wilayah, potensi kependudukan, potensi pendidikan serta potensi sarana dan prasarana
2.2.1 Potensi Wilayah
Desa Paseban adalah desa yang terletak di bagian Kecamatan Kencong. Kecamatan Kencong merupakan bagian dari Kabupaten Jember. Desa Paseban termasuk dalam Kecamatan Kencong Kabupaten Jember memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Cakru Kecamatan Kencong
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Desa Wot Galih Kecamatan Yosowilangun
Sebelah Timur : Desa Kepajen Kecamatan Gumukmas
Desa Paseban Kecamatan Kencong merupakan salah satu sentra penghasil jeruk yang ada di Kabupaten Jember. Jarak Desa Paseban dengan pusat kota/kota kabupaten adalah 60 km. Jika ditempuh dengan kendaraan bermotor membutuhkan waktu ± 2 jam.
2.2.2 Potensi Kependudukan
Berdasarkan dari profil Desa Paseban Kecamatan Kencong tahun 2009, memperlihatkan besarnya jumlah penduduk sekitar 7.154 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.557 jiwa, sedangkan jumlah penduduk wanita lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki yaitu 3.597 jiwa. Jumlah kepala keluarga di Desa Paseban adalah sebanyak 2.286 kepala keluarga. Keadaan penduduk yang demikian dapat memotivasi Desa Paseban untuk mengembangkan usahatani jeruk dengan menggunakan tenaga kerja yang terdapat di Desa Paseban. Hal ini dapat ditunjukkan dalam tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Tabel Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin
No | Jenis Kelamin | Jumlah(orang) |
1 | Laki-laki | 3.557 |
2 | Perempuan | 3.597 |
3 | Kepala keluarga | 2.286 |
Jumlah Pendudukan | 7.154 |
Sumber : Profil Desa Paseban Tahun 2009
Penduduk yang paling banyak di Desa Paseban Kecamatan Kencong adalah golongan penduduk dengan usia 11-20 tahun sebesar 1.279 jiwa. Komposisi penduduk seperti Tabel 7 di bawah ini dapat diperkirakan bahwa keproduktifan tenaga kerja di Desa Paseban bisa dioptimalkan dalam usahatani jeruk.
Tabel 7. Tabel Kependudukan Berdasarkan Golongan Umur
No | Golongan | Jumlah (orang) |
1 | 0 - 12 bulan | 121 |
2 | 1 - 10 tahun | 1.161 |
3 | 11 - 20 tahun | 1.279 |
4 | 21 - 30 tahun | 1.268 |
5 | 31 - 40 tahun | 1.118 |
6 | 41 - 50 tahun | 1.222 |
7 | > 50 tahun | 985 |
Jumlah | 7.154 |
Sumber : Profil Desa Paseban Tahun 2009
Tabel 7 di atas memperlihatkan bahwa usia produktif penduduk Desa Paseban Kecamatan Kencong (18-40) berjumlah 2.818 jiwa baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Usia produktif adalah usia dimana manusia telah mampu bekerja dan menghasilkan suatu penghasilan untuk menghidupi dirinya/mencukupi kebutuhannya. Usia non-produktif adalah usia dimana manusia tidak mampu/belum menghasilkan suatu pendapatan. Usia produktif di Desa Paseban Kecamatan Kencong terbilang banyak, sehingga hal ini dapat membantu kelancaran pembangunan di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember.
2.2.3 Potensi Pendidikan
Berdasarkan dari profil Desa Paseban Kecamatan Kencong tahun 2009, kualitas sumber daya manusia di Desa Paseban masih belum memadai. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Desa Paseban tamatan SD, SLTP dan SLTA, sedangkan yang lulusan Diploma atau Sarjana masih sedikit. Tingkat pendidikan penduduk Desa Paseban dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Penduduk
No | Keterangan | Jumlah(Orang) |
1 | Penduduk usia 10th keatas yang buta huruf | 57 |
2 | Penduduk tidak tamat SD/sederajat | 2.113 |
3 | Penduduk tamat SD/sederajat | 1.938 |
4 | Penduduk tamat SLTP/sederajat | 1.419 |
5 | Penduduk tamat SLTA/sederajat | 1.329 |
6 | Penduduk tamat D-1 | 37 |
7 | Penduduk tamat D-2 | 9 |
8 | Penduduk tamat D-3 | 11 |
9 | Penduduk tamat S-1 | 34 |
10 | Penduduk tamat S-2 | 2 |
11 | Penduduk tamat S-3 | tidak ada |
Jumlah Penduduk | 6.949 |
Sumber : Profil Desa Paseban Tahun 2009
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendidikan penduduk Desa Paseban adalah lulusan Sekolah Dasar, tetapi tidak sedikit pula penduduk yang telah mendapat gelar Diploma ataupun gelar Sarjana. Maka dengan kualifikasi pendidikan penduduk Desa Paseban yang demikian akan sangat mendukung dalam usahatani khususnya usahatani jeruk yang merupakan potensi utama.
2.2.4 Potensi Sarana dan Prasarana
Berdasarkan profil Desa Paseban Kecamatan Kencong tahun 2009, potensi sarana dan prasarana di Desa Paseban cukup memadai. Hal ini dikarenakan sarana dan prasarana yang memiliki Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember mendukung terlaksananya program ini. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Paseban dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini :
Tabel 9. Potensi Sarana Dan Prasarana
No | Sarana dan Prasarana | Nilai |
1 | Prasarana perhubungan darat | 7 |
2 | Prasarana perhubungan laut/sungai | 1 |
3 | Prasarana perhubungan udara | 1 |
4 | Sarana transportasi | 3 |
5 | Prasarana irigasi | 1 |
6 | Prasarana air bersih | 0 |
7 | Prasarana pembuangan limbah | 0 |
8 | Prasarana listrik | 5 |
9 | Sarana telepon | 0 |
10 | Pasar | 0 |
11 | Koperasi | 3 |
12 | Pertokoan | 3 |
13 | Pasarana pendidikan formal | 2 |
14 | Prasarana pendidikan keterampilan | 1 |
15 | Prasarana kesehatan | 2 |
16 | Prasarana olahraga | 5 |
17 | Prasarana rekreasi/hiburan | 0 |
18 | Prasarana ibadah | 5 |
19 | Sarana perpustakaan | 0 |
20 | Prasarana pemerintahan desa | 7 |
Jumlah Potensi Sarana dan Prasarana | 46 |
Sumber : Profil Desa Paseban Tahun 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah potensi sarana dan prasarana Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember adalah 46. Hal ini dikarenakan masih ada sarana dan prasarana yang memiliki nilai nol. Sarana dan prasarana yang memiliki nilai tertinggi yaitu 7 adalah prasarana perhubungan darat dan prasarana pemerintah desa. Potensi sarana dan prasarana ini dapat mendukung kegiatan di Desa Paseban misalnya kegiatan dalam bidang pertanian.
III. RENCANA KEGIATAN
3.1 Metode Pelaksanaan Program
3.1.1 Metode Diskusi
Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan tujuan yang diinginkan dari sebuah program. Metode yang digunakan dalam program “Peningkatan Produktivitas Jeruk melalui Budidaya Jeruk di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember” adalah dengan metode diskusi. Metode diskusi ini merupakan kegiatan untuk melakukan sharing atau bertukar pendapat mengenai kendala-kendala yang dihadapi. Metode diskusi ini menjadi sebuah pengantar dalam mensosialisasikan program yang telah direncanakan.
3.1.2 Ceramah Pengarahan Kegiatan
Metode kedua yang digunakan dalam program ini adalah ceramah pengarahan kegiatan. Metode ceramah merupakan metode untuk mensosialisasikan program-program yang telah disusun, kegiatan yang akan dilaksanakan serta menjelaskan tujuan program ini diadakan. Metode ini akan dipimpin langsung oleh ketua program yang dibantu oleh anggota tim yang lain. Ketua pelaksana program ini akan menjelaskan program secara terperinci.
3.1.3 Pelatihan Budidaya
Metode terakhir yang digunakan adalah metode pelatihan budidaya. Metode pelatihan budidaya jeruk ini merupakan kegiatan praktek budidaya jeruk melalui kegiatan penanaman, sehingga dihasilkan kualitas dan kuantitas jeruk yang tinggi. Melalui kegiatan pelatihan budidaya ini, maka para petani akan tahu bagaimana cara penanaman dan perawatan yang tepat bagi tanaman jeruk, sehingga akan menghasilkan produktivitas jeruk yang tinggi dengan kualitas baik dan mampu berdaya saing.
3.2 Penentuan Lokasi Program
3.3 Sasaran Program
Sasaran program adalah objek tujuan yang akan digunakan dalam program. Sasaran dari program ini adalah seluruh petani jeruk yang ada di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Pemilihan petani jeruk sebagai sasaran program ini, diharapkan dapat membantu petani untuk meningkatkan produktivitas jeruk yang mereka budidayakan dengan memberdayakan potensi pendukung yang ada. Karena apabila potensi pendukung seperti para petani ini melakukan pengelolaan terhadap jeruk sebagai potensi utama akan menjadikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif, sehingga mampu menyejahterakan para petani jeruk khususnya.
3.4 Pelaksanaan Program
Jenis pelaksanaan program yang akan dilakukan adalah dengan mengadakan pengenalan program, penyuluhan tentang cara untuk meningkatkan produktivitas tanaman jeruk serta dengan cara demo praktek budidaya tanaman jeruk untuk menunjukkan secara langsung kepada petani jeruk. Pelaksanaan program ini dilakukan oleh tim, dimana susunan tim pelaksana serta tugas-tugasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 10. Susunan Tim Pelaksana Program
No. | Jabatan | Job Description |
1. | Ketua pelaksana | - Merancang kegiatan program - Memimpin pelaksanaan program - Mengkoordinasikan anggota tim |
2. | Sekretaris | - Membuat surat perijinan program - Membuat proposal program |
3. | Bendahara | - Mengelola keuangan program |
4. | Sie. Perlengkapan | - Mempersiapkan peralatan yang digunakan dalam program |
5. | Sie. Konsumsi | - Menyediakan konsumsi dalam kegiatan diskusi dan penyuluhan |
6. | Sie. Trans | - Mengelola transportasi |
3.5 Waktu Pelaksanaan Program
Program ini akan dilaksanakan pada tanggal 3 April 2011 pukul 10.00 hingga 12.00 untuk pengenalan program dan penyuluhan, sedangkan untuk demo praktek dan budidaya akan dilaksanakan pada tanggal 4 April 2011 pukul 08.00 hingga selesai bertempat di Balai Desa dan Lahan penduduk yang disewa. Proyek ini dilakukan selama 5 tahun dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:
Tabel 11. Jadwal Kegiatan Program Budidaya Jeruk di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember
No. | Jenis Kegiatan | Tahun ke- | |||||
0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | ||
1. | Perencanaan | ||||||
Survey lokasi | |||||||
Survey bahan program | |||||||
Survey peralatan program | |||||||
Menyusun rencana anggaran | |||||||
Menyusun proposal program | |||||||
2. | Pelaksanaan | ||||||
Diskusi | |||||||
Ceramah pengarahan kegiatan | |||||||
Pelatihan budidaya | |||||||
3. | Pemeliharaan | ||||||
Pemanenan | |||||||
Pemasaran hasil produksi jeruk | |||||||
4. | Evaluasi program dan pembuatan laporan pertanggungjawaban |
3.6 Sarana dan Prasarana
3.6.1 Sarana
Sarana merupakan perlengkapan yang digunakan untuk mendukung suatu kegiatan sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan. Sarana yang digunakan pada proyek kali ini adalah sarana transportasi dan komunikasi. Sarana transportasi digunakan untuk mengangkut peralatan-peralatan yang akan digunakan dan mengangkut tim yang bekerja dalam pelaksanaan program. Sedangkan sarana komunikasi digunakan sebagai penghubung baik antar anggota tim maupun dengan orang-orang selain anggota tim. Adanya sarana komunikasi ini akan membantu dalam komunikasi sehingga bisa lebih efektif.
3.6.2 Prasarana
Prasarana merupakan media yang digunakan untuk melaksanakan program. Prasarana yang dibutuhkan dalam program “Peningkatan Produktivitas Jeruk melalui Budidaya Jeruk di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember” antara lain adalah:
1. Handpone
2. Mobil
3. Brosur
4. Alat tulis
5. White Board
6. Speaker
7. Bibit tanaman jeruk
8. Cangkul
9. Sabit
10. Timba
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 12. Data Biaya Tetap (Fixed Cost)
No | Komponen | Umur Ekonomis | Jumlah | Harga Satuan | Nilai Total |
1. | Sprayer | 3 tahun | 2 | 300.000 | 600.000 |
2. | Parang | 3 tahun | 4 | 30.000 | 120.000 |
3. | Tajak | 3 tahun | 4 | 35.000 | 140.000 |
4. | Gunting pangkas | 3 tahun | 4 | 25.000 | 100.000 |
5. | Cangkul | 3 tahun | 4 | 35.000 | 140.000 |
6. | Lahan | 5 tahun | 10.000 m2 | 4.000 | 40.000.000 |
Tabel 13. Data Biaya Variabel (Variable Cost)
No | Komponen | Jumlah | Harga satuan | Nilai Total |
1. | Bibit jeruk | 400 pohon | 5.000 | 2.000.000 |
3. | Pupuk kompos | 10.000 kg | 300 | 3.000.000 |
2. | Pupuk kandang | 50 karung | 3.500 | 175.000 |
3. | Pupuk NPK plus | 420 karung | 13.500 | 5.670.000 |
4. | Insektisida | 30 liter | 75.000 | 2.250.000 |
5. | Fungisida | 21 liter | 100.000 | 2.100.000 |
6. | Herbisida | 96 liter | 35.000 | 3.660.000 |
7. | Tenaga kerja | 995 HKP | 20.000 | 19.900.000 |
Tabel 14. Data Produksi Jeruk
Tahun | Jumlah Produksi (kg) | Harga Per Satuan (Rupiah) | Penerimaan (Rupiah) |
0 | 0 | 0 | 0 |
1 | 0 | 0 | 0 |
2 | 0 | 0 | 0 |
3 | 6.000 | 5.000 | 30.000.000 |
4 | 8.000 | 6.000 | 48.000.000 |
5 | 10.000 | 7.000 | 70.000.000 |
Tabel 15. Data Biaya Total (Total Cost)
No | Komponen | Tahun 0 (Rupiah) | Tahun 1 (Rupiah) | Tahun 2 (Rupiah) | Tahun 3 (Rupiah) | Tahun 4 (Rupiah) | Tahun 5 (Rupiah) |
A | Biaya Tetap (FC) | ||||||
1. | Sprayer | 600.000 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
2. | Parang | 120.000 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
3. | Tajak | 140.000 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
4. | Gunting pangkas | 100.000 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
5. | Cangkul | 140.000 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
6. | Lahan | 40.000.000 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
B | Biaya Variabel (VC) | ||||||
1. | Bibit jeruk | 2.000.000 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
2. | Pupuk kompos | 3.000.000 | 0 | 0 | 0 | 3.000.000 | 0 |
3. | Pupuk kandang | 175.000 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
4. | Pupuk NPK plus | 540.000 | 1.080.000 | 1.350.000 | 1.350.000 | 1.350.000 | 1.350.000 |
5. | Insektisida | 225.000 | 375.000 | 450.000 | 600.000 | 600.000 | 600.000 |
6. | Fungisida | 200.000 | 300.000 | 400.000 | 600.000 | 600.000 | 600.000 |
7. | Herbisida | 560.000 | 700.000 | 700.000 | 700.000 | 700.000 | 700.000 |
8. | Tenaga kerja | 1.700.000 | 2.180.000 | 5.340.000 | 5.340.000 | 5.340.000 | 5.340.000 |
Biaya Total (Total Cost) | 49.500.000 | 4.635.000 | 8.240.000 | 8.590.000 | 11.590.000 | 8.590.000 |
Tabel 16. Data Finansial Program Peningkatan Produktivitas Jeruk melalui Budidaya Jeruk di Desa Paseban Kecamatan
Kencong Kabupaten Jember
Tahun | Cost (Rupiah) | Revenue (Rupiah) | Net Benefit (Rupiah) | DF 10% | NPV 10% | PV (B) | PV (C) |
0 | 49.500.000 | 0 | -49.500.000 | 1 | -49.500.000 | 0 | 49.500.000 |
1 | 4.635.000 | 0 | -4.635.000 | 0,909090909 | -4.213.636 | 0 | 4.213.636 |
2 | 8.240.000 | 0 | -8.240.000 | 0,826446281 | -6.809.917 | 0 | 6.809.917 |
3 | 8.590.000 | 30.000.000 | 21.410.000 | 0,751314801 | 16.085.650 | 22.539.444 | 6.453.794 |
4 | 11.590.000 | 48.000.000 | 36.410.000 | 0,683013455 | 24.868.520 | 32.784.646 | 7.916.126 |
5 | 8.590.000 | 70.000.000 | 61.410.000 | 0,620921323 | 38.130.778 | 43.464.493 | 5.333.714 |
Jumlah | 56.855.000 | 18.561.395 | 98.788.582 | 80.227.188 | |||
Rata-Rata | 9.475.833 |
Tabel 17. Data Finansial Lanjutan Program Peningkatan Produktivitas Jeruk melalui Budidaya Jeruk di Desa Paseban
Kecamatan Kencong Kabupaten Jember
Tahun | Cost (Rupiah) | Revenue (Rupiah) | Net Benefit (Rupiah) | DF 17% | NPV 17% | DF 18% | NPV 18% |
0 | 49.500.000 | 0 | -49.500.000 | 1 | -49.500.000 | 1 | -49.500.000 |
1 | 4.635.000 | 0 | -4.635.000 | 0,854700855 | -3.961.538 | 0,847457627 | -3.927.966 |
2 | 8.240.000 | 0 | -8.240.000 | 0,730513551 | -6.019.432 | 0,71818443 | -5.917.840 |
3 | 8.590.000 | 30.000.000 | 21.410.000 | 0,624370556 | 13.367.774 | 0,608630873 | 13.030.787 |
4 | 11.590.000 | 48.000.000 | 36.410.000 | 0,533650048 | 19.430.198 | 0,515788875 | 18.779.873 |
5 | 8.590.000 | 70.000.000 | 61.410.000 | 0,456111152 | 28.009.786 | 0,437109216 | 26.842.877 |
Jumlah | 56.855.000 | 1.326.788 | -692.269 | ||||
Rata-Rata | 9.475.833 |
Tabel 18. Data Perhitungan Analisis Finansial Program Peningkatan Produktivitas Jeruk melalui Budidaya Jeruk di Desa
Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember
Kriteria | Rumus | Nilai Pembilang | Nilai Penyebut | Jawaban | |
NPV | Pada saat bunga berlaku (10%) | 18.561.395 | |||
Net B/C | NPV (+) / NPV (-) | NPV (+) | NPV (-) | ||
79.084.948 | 60.523.554 | 1,306680513 | |||
Gross B/C | PV (B) / PV (C) | PV (B) | PV (C) | ||
98.788.582 | 80.227.188 | 1,231360396 | |||
PR | PV Net Benefit / PV Investasi atau | NPV (+) | PV (C) | ||
NPV (+) / PV (C) pada saat benefit 0 | 79.084.948 | 60.523.554 | 1,306680513 | ||
IRR | 17%+[NPV 17%/(NPV 17%-NPV 18%)X(18%-17%)] | 0,176782972x100% | 17,68% | ||
PP | Investasi/Net Benefit Rata-Rata | Investasi | Net Benefit Rata-Rata | ||
62.375.000 | 9.475.833 | 6,582534749 |
Tabel 19. Kriteria Pengambilan Keputusan
No | Teknik Analisis | Hasil Perhitungan | Kriteria Penilaian | Rekomendasi |
1. | NPV | 18.561.395 > 0 | Layak | Usahakan / Dilanjutkan |
2. | Net B/C | 1,306680513 > 0 | Layak | Usahakan / Dilanjutkan |
3. | IRR | 17,68 % > bunga berlaku (10%) | Layak | Usahakan / Dilanjutkan |
4. | Gross B/C | 1,231360396 > 1 | Layak | Usahakan / Dilanjutkan |
5. | PR | 1,306680513 > 1 | Layak | Usahakan / Dilanjutkan |
4.2 Pembahasan
Program Kegiatan Peningkatan Produktivitas Jeruk melalui Budidaya Jeruk di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember ini dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun. Pada setiap tahunnya kegiatan ini memerlukan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Disamping itu, kegiatan ini juga dapat memberikan penerimaan (revenue) yang dimulai pada tahun ketiga, dimana jumlah penerimaan (revenue) ini semakin lama jumlahnya semakin besar dikarenakan jumlah produksi setiap tahun yang meningkat dengan harga yang berbeda setiap tahunnya.
Adanya data biaya (cost) yang dibutuhkan dan revenue yang dihasilkan, maka dapat diketahui pula nilai net benefit atau keuntungan yang akan didapatkan setiap tahunnya dalam kurun waktu lima tahun. Melalui data-data tersebut maka dapat dilakukan analisis kelayakan terhadap program ini untuk menentukan apakah program ini dapat terus dilanjutkan atau sebaiknya dihentikan saja. Perhitungan analisis kelayakan yang akan digunakan adalah Net Present Value (NPV), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan PR (Profitabilitas Ratio). Keseluruhan perhitungan ini sangat mempengaruhi kelayakan suatu program. Apabila satu nilai kriteria kelayakan ada yang tidak memenuhi syarat, maka kegiatan program tersebut dapat dikatakan tidak layak untuk dijalankan.
4.2.1 NPV (Net Present Value)
Net present value merupakan keuntungan bersih sekarang. Net present value dari suatu proyek atau program merupakan nilai sekarang yang diperoleh dari selisih antara manfaat (benefit) dengan biaya (cost) pada discount factor tertentu. Net present value menunjukkan kelebihan benefit dibandingkan dengan biaya (cost). Net Present Value dirumuskan sebagai berikut:
atau
atau
Keterangan:
Bt = Benefit pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
DF = Tingkat suku bunga yang berlaku
n = Lamanya periode waktu
Perhitungan NPV dilakukan dengan menggunakan DF (discount factor) sebesar 10%. Perolehan nilai NPV dilakukan dengan cara mengalikan nilai net benefit yang diperoleh setiap tahunnya dengan nilai DF 10% yang berlaku setiap tahunnya. Sehingga dapat diketahui jumlah seluruh hasil perkalian tersebut dan hasil tersebut menunjukkan nilai kelayakan suatu program. Apabila nilai NPV yang diperoleh > 0 maka program tersebut layak diusahakan, sebaliknya bila nilai NPV < 0 maka program tersebut tidak layak untuk dijalankan. Pada perhitungan NPV pada program ini, didapatkan nilai total NPV sebesar 18.561.395 yang artinya kegiatan program ini layak dilakukan karena nilai NPV yang didapatkan > 1. Sehingga layak untuk dilanjutkan atau diusahakan.
4.2.2 Net B/C
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan suatu gambaran kelipatan dari benefit dari cost yang diperoleh. Net B/C dirumuskan sebagai berikut:
atau
atau
Keterangan:
Bt = Benefit pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
DF = Tingkat suku bunga yang berlaku
n = Lamanya periode waktu
Hasil perhitungan Net B/C ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan program. Apabila nilai Net B/C > 1 maka program tersebut layak diusahakan dan sebaliknya apabila nilai Net B/C < 1 maka program tersebut tidak layak untuk diusahakan. Nilai Net B/C didapatkan dengan cara membagi jumlah nilai NPV positif saat DF 10% dengan jumlah NPV negatif pada saat DF 10%. Pada perhitungan Net B/C pada program ini, diperoleh hasil nilai Net B/C sebesar 1,306680513. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa program ini layak untuk diusahakan karena nilai Net B/C > 1.
4.2.3 Gross B/C
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari benefit (PV Benefit) dengan nilai sekarang dari biaya (PV Cost). Semakin besar Gross B/C menunjukkan bahwa semakin besar besar benefit yang diperoleh dibandingkan dengan cost yang dikeluarkan. Gross B/C dirumuskan sebagai berikut:
atau
Keterangan:
Bt = Benefit pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
DF = Tingkat suku bunga yang berlaku
n = Lamanya periode waktu
PV (B) = Present Value Benefit
PV( C ) = Present Value Cost
Hasil perhitungan Gross B/C dilakukan untuk menganalisis kelayakan program. Apabila nilai Gross B/C > 1 maka bisnis tersebut layak diusahakan dan sebaliknya apabila nilai Gross B/C < 1 maka program tersebut tidak layak untuk dilanjutkan. Namun, sebelum melakukan perhitungan nilai Gross B/C, dilakukan perhitungan Present Value Benefit (PV (B)) dan Present Value Cost (PV (C)) terlebih dahulu. Nilai PV (B) dan PV (C) didapatkan dengan cara mengalikan nilai benefit (revenue) dan cost dengan nilai DF 10% pada setiap tahunnya lalu dijumlahkan totalnya. Pada perhitungan analisis program ini diperoleh nilai total PV (B) sebesar 98.788.582 dan nilai PV (C) sebesar 80.227.188. Berdasarkan nilai tersebut maka dilakukan perhitungan nilai Gross B/C dengan cara membagi nilai PV (B) dan PV (C). Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai Gross B/C sebesar 1,231360396. Hasil tersebut menunjukkan bahwa program ini layak untuk diusahakan, karena nilainya lebih dari 1.
4.2.4 IRR (Internal Rate of Return)
Internal rate of return (IRR) adalah kriteria investasi untuk mengetahui besarnya presentase keuntungan dari suatu program tiap-tiap tahun dan IRR juga digunakan untuk mengukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR menunjukkan bahwa nilai sekarang dari benefit (PV Benefit) sama dengan nilai sekarang dari biaya (PV cost). IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
i1 = Suku bunga yang menghasilkan NPV positif mendekati nol
NPV+ = Net present value positif
i2 = Suku bunga yang menghasilkan NPV negatif mendekati nol
NPV+ = Net present value negatif
Nilai IRR ini berkaitan dengan tingkat suku bunga yang berlaku saat nilai NPV pada DF tersebut mulai memiliki nilai negatif dan nilai NPV pada DF tertentu yang memiliki nilai positif terakhir. Apabila nilai IRR > 10% (bunga berlaku) maka program tersebut layak diusahakan dan sebaliknya apabila nilai IRR < 10% (bunga berlaku) maka program tersebut tidak layak untuk dilanjutkan. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai NPV mulai memiliki nilai negatif saat DF bernilai 18% yaitu senilai -682.269 dan NPV memiliki nilai positif terakhir saat DF bernilai 17% yaitu 1.326.788. Dari nilai-nilai tersebut dilakukan perhitungan IRR dan didapatkan nilai IRR sebesar 17,68% yang artinya program ini layak untuk dijalankan karena nilai IRR > 10%.
4.2.5 PR (Profitability Ratio)
Profitability Ratio (PR) adalah perbandingan antara nilai sekarang dari benefit yang diluar investasi (PV net benfit positif) dengan nilai sekarang dari investasi (PV investasi). Profitability Ratio (PR) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perhitungan PR dilakukan dengan cara membagi nilai PV net benefit dengan PV investasi yaitu NPV positif dibagi dengan PV (C) pada saat benefit bernilai 0. Apabila nilai PR > 1 maka program tersebut layak diusahakan dan sebaliknya apabila nilai PR < 1 maka program tersebut tidak layak untuk dilanjutkan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh nilai PR sebesar 1,306680513 yang artinya program ini layak dilanjutkan karena nilai PR yang diperoleh > 1.
4.2.6 PP (Payback Period)
Payback Period (PP) merupakan jangka waktu pengembalian investasi yang digunakan dalam proyek. Payback period merupakan perbandingan antara jumlah investasi yang dikeluarkan dengan rata-rata benefit yang dihasilkan setiap tahun. Payback Period (PP) dirumuskan sebagai berikut:
Perhitungan terhadap periode pengembalian modal yang telah dikeluarkan atau biasa disebut payback period (PP) juga dilakukan setelah perhitungan kelayakan. Perhitungan PP dilakukan dengan cara membagi nilai investasi dengan net benefit rata-rata. Apabila nilai PP semakin kecil maka semakin cepat pula modal yang telah dikeluarkan tersebut dapat kembali. Pada perhitungan PP dalam program ini didapatkan hasil nilai PP sebesar 6,582534749 yang berarti modal yang dikeluarkan dalam program ini diperkirakan dapat kembali dalam kurun waktu sekitar 6 tahun 7 bulan.
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dari beberapa kriteria kelayakan maka dapat diperoleh hasilnya antara lain NPV (Net Present Value) sebesar 18.561.395, Gross B/C sebesar 1,231360396, Net B/C sebesar 1,306680513, IRR (Internal Rate of Return) sebesar 17,68%, PR (Prifitability Ratio) sebesar 1,306680513 yang menunjukkan bahwa setiap kriteria tersebut layak untuk diusahakan, sedangkan nilai PP (Payback Period) yang diperoleh sebesar 6,582534749 yang berarti bahwa modal yang telah dikeluarkan pada program ini diperkirakan dapat kembali dalam kurun waktu sekitar 6 tahun 7 bulan.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil perhitungan beberapa kriteria kelayakan, maka dapat direkomendasikan bahwa program budidaya jeruk ini layak untuk dilanjutkan atau diusahakan. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan kriteria investasinya seperti NPV, Net B/C, Gross B/C, PR menunjukan layak, walaupun hasil perhitungan PP (Payback Period) yang diperoleh sebesar 6,582534749 yang berarti bahwa modal yang telah dikeluarkan pada program ini diperkirakan dapat kembali dalam kurun waktu sekitar 6 tahun 7 bulan. Program ini dikatakan layak, meskipun hasil perhitungan PP (Payback Period) melebihi dari rencana proyek yaitu selama 5 tahun karena tanaman jeruk itu sendiri merupakan tanaman tahunan yang membutuhkan waktu lama untuk berproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, Muhammad. 2009. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.
Gumbira, dkk. 2001. Manajemen Teknologi Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Romadoni. 2005. Idealisme Mahasiswa Mengusung Pertanian dalam Membangun Indonesia. Bogor: IPB Press.
Soetriono, dkk. 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. Jember: Universitas Jember.
Solahuddin dan Fatika. 2005. Program Integrated Farming System dalam Rangka Pembangunan Pertanian Indonesia Menghadapi Era Globalisasi dalam Membangun Indonesia. Bogor: IPB Press.
Sunu dan Wartoyo, 2006. Dasar Hortikultura. http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html. [16 Maret 2011].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar